Pages

Disaat Kusakit Tuhanlah Yang Menyembuhkanku


Hampir satu setengah bulan saya tidak online. Kesenangan berselancar di dunia "antah-berantah" macet total. Banyak komentar yang tak sempat saya tanggapi. Banyak pertanyaan yang tak bisa saya jawab. Maka saat ini, saya ucapkan MOHON MAAF kepada kawan-kawan yang sudi mampir sejenak di gubukku ini, lalu bersedia sharing, karena barangkali kommen dan pertanyaanya terlambat saya jawab. Ah, betapa kita tak memiliki kekuatan seujung rambut pun untuk sekedar mengejar waktu.
–ooOoo–

Sebulan yang lalu, Tuhan mengingatkanku bahwa sehat adalah barang termahal dalam kehidupan ini. Maka, tak ada satu pun harta yang patut kita banggakan selain kekayaan sehat; sehat raga, sehat jiwa, sehat akal, sehat harta. Kewajiban kita hanyalah menjaganya, memeliharanya. Tapi, kadang kita terlanjur menyepelekannya, dan bahkan mengabaikannya.

Ketika dokter menyimpulkan bahwa penyakitku adalah infeksi lambung, saya tidak heran, juga tidak kaget. Sejak kecil, saya sudah akrab dengan penyakit tifus, meski dengan stadium rendah. Maka "kamu harus istirahat total, tidak boleh makan yang kasar", saran dokter. Dan saya merasa Tuhan telah mengembalikanku ke masa kecil dulu.

Saya teramat sadar, sadar sesadar-sadarnya, apa yang saya rasakan saat itu adalah buah dari apa yang saya lakukan sebelumnya. Saya kurang mawas diri, kurang perhatian dengan waktu; bahwa selama kita berada di dunia, segalanya tetap memiliki BATAS. Ada jeda yang harus kita indahkan. Ada nuansa yang harus kita rasakan. Berlebihan, dalam hal apapun tetaplah tidak dianjurkan.

Maka ketika saya sakit, Tuhanlah yang menyembuhkannya. "Wa idza maridhtu, fa huwa yasyfiin", kata Nabi Ibrahim as dalam Qur'an. Ya, sakit adalah keniscayaan hidup. Tak ada sehat jika tak ada sakit. Tak ada kaya jika tak ada miskin. Di sinilah barangkali, konsep binnary oposition-nya Ferdinand de Saussure, filsuf Strukturalis itu memiliki titik pijak relevansinya. Dan karenanya, tak ada yang perlu disesalkan dari "rasa sakit", kecuali jika kita tak mampu mengambil ibroh dan hikmah darinya.

Bagaimana pun kita semua maklum, bahwa kadang kesalahan selalu kita ulang-ulang. Kita sering kali lupa untuk belajar pada kesalahan. Semoga Tuhan selalu melindungi kita. Amin...

{ 0 comments... read them below or add one }

Posting Komentar