Mengintip Server Raksasa Milik Facebook; Sebuah Prolog
Tulisan ini tidak akan banyak "ngoceh" tentang kontroversi status keharaman Facebook atau perdebatan-perdebatan sengit lainnya. Tulisan ini hanya ingin mencoba menguraikan plus minus dunia facebook bagi eksistensi kita. Sebab, diakui atau tidak Jumlah pengguna facebook semakin menggurita. Lebih dari 225 juta orang menjadi warga setia facebook hingga Mei 2009. Pertumbuhan tersebut terutama ditopang pesatnya pengguna dari luar Amerika Serikat. Di Chili dan Turki, facebook bahkan sangat digdaya. Sebanyak 76 persen dan 66 persen pengguna internet di kedua negara adalah warga “republik” facebook. Bagaimana di negara kita? Sebanyak 17,78 persen (2,3 juta) dari total pengguna internet juga tergila-gila dengan situs ciptaan Mark Zuckerberg itu.Akselerasi jumlah pengguna yang besar tentu saja menjadi berkah buat facebook. Sejumlah analis menghitung, di atas kertas nilai facebook adalah 6-15 miliar dollar AS. Tapi di balik angka fantastis itu, facebook juga harus mengeluarkan ongkos sangat besar untuk melayani hasrat narsis jutaan orang. Setiap hari jutaan foto diunggah orang dari seluruh pelosok dunia ke jejaring sosial itu. Akibatnya, facebook juga dilaporkan “ngos-ngosan” membiayai infrastrukturnya.
Sebagaimana diungkapkan oleh www.zahidayat.com, pada 2007 facebook berutang 30 juta dollar AS untuk urusan server. Angka itu melonjak menjadi 60 juta dollar AS pada 2008. BusinessWeek melaporkan, utang facebook melesat menjadi 100 juta dollar AS untuk ekspansi servernya. Dengan dana sebesar itu, awalnya facebook menyewa ruang 10.000 kaki persegi di Santa Clara. Saat ini facebook mengoperasikan empat pusat data di AS (3 di West Coast dan 1 di East Coast) dengan lahan yang digunakan mencapai 45.000 kaki persegi.
Untuk 2009, area servernya melebar 24.000 kaki persegi dan dirumorkan akan menambah lagi 20.000 kaki persegi untuk pusat data di Ausburn, Virginia. Selain itu, facebook juga sudah mengumumkan akan mendirikan kantor pusat internasionalnya di Dublin, Irlandia, untuk menopang ekspansi di seluruh Eropa, Timur Tengah, dan Afrika.
Tidak seperti para pendahulunya, seperti friendster dan myspace, facebook tidak kunjung loyo menarik penggemar. Di negeri ini, caturwulan pertama tahun ini facebook sukses menambah anggotanya menjadi dua kali lipat. Dan tahun ini facebook diperkirakan akan melampaui angka 300 juta pengguna di seluruh dunia.
Nah, yang menarik, apakah ada titik akhir buat facebook? Meski banyak uang digelontorkan untuk membiayai infrastrukturnya, tapi facebook tidak akan lunglai karena kedodoran infrastrukturnya. Hingga saat ini masih banyak investor yang berebut ingin menggandeng facebook.
Nah, yang mungkin sedikit mengganjal, traffic facebook bakal tersendat jika banyak pihak membatasi akses ke situs “social utility” tersebut. Sejak pertengahan Mei 2009, misalnya, Universitas Indonesia tidak lagi memanjakan mahasiswanya. Koneksi ke facebook baru dibuka setelah jam 4 sore. Begitupula banyak kantor yang memblok situs ini pada jam efektif kerja.
Dunia Facebook; Antara Nilai Positif dan Negatif
Banyak orang mengaku addicted to Facebook. Tapi ternyata Facebook dapat mengundang bahaya. Sebagai “social utility”, layanan jejaring sosial yang mengumpulkan orang banyak dalam satu wadah di Internet ini, tentulah membawa manfaat. Facebook mirip dengan Friendster, namun diakui memiliki banyak kelebihan. Pengguna Facebook mulai dari abg hingga orang tua yang berumur di atas 50 tahun.
Facebook diakui berguna untuk menemukan teman-teman yang tercecer. Banyak dari para pengguna Facebook yang akhirnya berhasil menemukan teman-teman di masa lalu. Hal ini menambah nilai tambah bagi Facebook. Selain itu fungsi foto dan tagging ternyata disukai banyak orang. Kolom komentar yang disediakan serta notification yang ada membuat para facebooker mengetahui perkembangan dalam dunia per-facebook-an.
Beberapa Facebooker, sebagaimana dilansir oleh www.kabarinews.commengaku hal pertama yang mereka periksa ketika online internet adalah membuka akun Facebook. Facebook juga telah berhasil memasuki peringkat ke tiga dunia sebagai situs yang banyak dikunjungi. Bahkan Facebook berhasil menggeser senior dunia jejaring sosial, yaitu Friendster.
Tidak hanya dimanfaatkan untuk mencari teman, Facebook digunakan untuk beriklan serta berkampanye. Presiden Amerika Barrack Obama adalah Presiden pertama yang memanfaatkan Facebook untuk kampanye via internet, dan kini banyak capres-capres yang mengekor tindakan Obama tersebut.
Namun dibalik keunggulannya, ternyata Facebook memiliki efek samping, yang tentunya juga harus diperhatikan dan dipertimbangkan.
1. Terbuangnya waktu. Pengguna Facebook enggan terlepas dari komputer, laptop, handphone, dan gadget yang mampu mengakses Facebook. Banyak waktu terbuang di depan komputer. Aturlah waktu Anda. Jangan sampai sia-sia hanya di depan komputer.
2. Hati-hatilah memasang status di Facebook. Ada tragedi yang menimpa seorang istri ketika mengganti statusnya menjadi single. Sang suami yang marah tanpa berpikir panjang langsung menghabisi sang istri. Dan hal ini telah terjadi 2 kali.
3. Hati-hatilah menaruh foto di Facebook. Yang namanya dunia internet, orang bisa melakukan bermacam-macam hal. Orang bisa meng-edit foto sedemikian rupa yang berbau negati dan menyebarkannya ke forum atau milis. Hal ini bisa merusak nama yang terlibat. Belum lagi foto dapat memicu keributan.
Pasanglah foto di Facebook dengan bijak, karena tidak hanya Anda dan teman Anda saja yang bisa melihat. Semua orang di dunia bisa melihatnya, kecuali Anda men-setting foto Anda menjadi private, sehingga hanya orang-orang tertentu yang bisa melihat foto Anda.
4. Jangan menaruh sembarangan informasi pribadi. Banyak orang tidak menyadari bahaya menaruh informasi di internet. Dengan memberikan informasi tempat bekerja, nomer telepon, hingga alamat rumah, tentu dapat mengundang orang untuk berniat buruk. Bisa saja informasi tersebut dimanfaatkan untuk berbuat tidak baik. Jadi, taruhlah informasi yang umum. Jangan menaruh informasi pribadi di halaman Facebook Anda. Ingatlah bahwa tidak hanya teman Anda saja yang mengakses Facebook. Apabila Anda ingin informasi yang tertera aman dari orang-orang asing, aturlah agar hanya teman-teman Anda yang bisa mengakses Facebook Anda.
5. Diganggu orang tak dikenal. Banyak orang yang tidak berpikir panjang ketika menerima ajakan berteman dalam dunia jejaring sosial. Tanpa disadari, orang yang diterima menjadi teman bisa mengakses informasi yang tertera dalam halaman Facebook. Oleh karena itu jangan sungkan menolak ajakan teman dari orang yang tidak dikenal. Anda berhak menolak.
Walaupun hal ini terlihat sepele, namun mulai banyak kasus bermunculan karena Facebook. Bijaksanalah dalam menggunakan Facebook.
Facebook dan The Luciferian Conspiration
Setelah fatwa haram penggunaan Facebook marak diperbincangkan di berbagai media, saya mencoba googling tentang perkembangan mutakhir narsisme Facebooker, yang menurut pengamatan saya sudah booming. Maka, saya "berjumpa" dengan artikel yang sangat menarik, yakni kuatnya kemungkinan bahwa database facebook adalah alat konspirasi yang digunakan pemerintah AS untuk melandingkan maksud-tujuan dan kepentingan tertentu. Facebook mungkin saja digunakan oleh pemerintah AS untuk melakukan information collecting dari para membernya karena penggunaan Facebook di masa sekarang ini sudah jauh melebihi ekspektasi dari hanya sebatas aplikasi jejaring sosial.
Yang akan jadi masalah adalah, bisa saja seorang tokoh masyarakat, baik itu politikus ataupun pejabat pemerintahan suatu negara, menjadi incaran pemerintah AS dan tanpa sadar mereka memberikan data-data pribadinya karena ketidaktahuannya, seringkali mereka sendiri yang menyusun riwayat hidup sejak tanggal lahir hingga riwayat sekolah dan pekerjaan, bahkan salah satu aplikasi dari Facebook adalah membuat susuanan anggota keluarga dari si membernya.
Salah satu indikasi bahwa facebook digunakan oleh kepentingan tertentu tersebut adalah bahwa sampai saat ini penyedia layanan Facebook tidak menyediakan penghapusan account bagi mereka yang ingin keluar dari keanggotaan Facebook. Dari sini, muncullah kasak-kusuk agar kita merubah account yang mencantumkan identitas kita. Cara ini memang efektif untuk merubah informasi account di Facebook, walaupun sebenarnya bisa dibilang percuma, karena bisa saja sistem database di Facebook menggunakan mekanisme pencatatan history dan dibuat backupnya sehingga setiap perubahan dapat diketahui dan disimpan secara permanen.
Untuk ketajaman analisis dan rasionalisasi argumen tentang kecurigaan ada konspirasi di balik booming-nya Facebook, ada baiknya kita simak hasil wawancara dengan Pak Roby Siregar berikut ini.
Facebook sekarang telah menjadi booming. Banyak orang beranggapan jika belum ikutan Facebook maka dia belumlah trendy dan modern. Saya akan mengulas tentang Facebook dalam kacamata Konspirasi. Kita tentu masih ingat, aturan pertama dan utama di alam maya adalah JANGAN SEKALI-KALI MEMBERIKAN DATA ASLI DI ALAM MAYA. Kita boleh saja ikutan Facebook, Multiply, dan sebagainya namun jangan sekali-kali mengisi kolom-kolom isian dengan data-data pribadi kita yang benar. Sama saja jika kita melakukan register ketika memakai kartu telepon baru. Toh Facebook atau Provider telepon tidak akan tahu apakah data yang kita isikan itu benar atau tidak.
Intelijen adalah pekerjaan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya, agar bisa dipergunakan sesuai dengan kepentingan user-nya. Dan saya sangat yakin jika Facebook atau pun situs jejaring sosial lainnya seperti Friendster, Multiply, Blogspot, juga email, dan sebagainya merupakan perpanjangan tangan dari kelompok Konspirasi (The Luciferian Conspiration, kelompok yang mengendalikan AS dan juga dunia) untuk bisa menghimpun data-data warga dunia secara mudah.
Ada baiknya kita membaca buku Dan Brown “The Digital Fortress”, yang walau pun fiksi namun memuat sejumlah informasi penting yang sesungguhnya benar-benar ada. Atau buku “The Complex: Bagaimana Militer Amerika Menyerbu Kehidupan Kita Sehari-Hari” (Dr. Nick Turse, 2009). Atau tontonlah film Mel Gibson “The Conspiracy Theory” di mana aparat keamanan berhasil mengendus keberadaan orang lewat belanja dengan kartu kredit. Walau semuanya kelhatan bohongan, tapi percayalah jika semua itu benar-benar ada.
Sebab itu, para pejuang (The Combatant) atau aktivis kemanusiaan yang menyadari dirinya tengah berperang melawan The New World Order atau The Globalization, sebaiknya tidak pernah berhubungan dengan bank (tidak memiliki kartu kredit, kartu debet, atau pun rekening bank atas namanya), tidak pernah mengisi kolom data jejaring sosial di internet dengan data asli, bahkan tidak memiliki ID Card (KTP), dan menjauhi penggunaan alat-alat komunikasi yang bersifat tetap (misal nomor telepon dan sebagainya).
Hiduplah bagai siluman. Atau seperti kalimat bijak, “Jadilah orang yang ketika datang tidak diketahui dan ketika pergi tidak dicari.” Jika semua itu tidak mungkin, maka demi keselamatannya para Combatant harus berusaha agar sedikit mungkin orang mengetahui jejaknya, seperti: senantiasa mengganti nomor ponselnya dengan berganti-ganti provider—kalau bisa juga berganti ponselnya—dalam waktu yang tidak teratur (kian singkat kian baik), jika memiliki situs jejaring sosial (tentu dengan data yang bukan asli) maka mengaksesnya jangan dari satu tempat yang sama (warnet yang sama), selalu berganti alamat email (bikin email baru mudah kan), dan sebagainya.
Kawan saya pernah hadir dalam sebuah pertemuan para intel. Mereka bertemu di selatan Jakarta, dalam sebuah bangunan di bagian belakang bangunan utama dekat kolam renang. Sepanjang pertemuan, teve plasma berlayar besar yang ada di ruangan tersebut dinyalakan dengan audio yang cukup besar walau tidak ditonton, semua pancuran air kolam renang dan juga air terjun dinyalakan, semua ponsel dan pda atau pun BB dimatikan (bahkan kartu chip-nya dilepas, batere dilepas, dan diurai), dan sebagainya. Semua ini dikatakan sebagai tindakan berjaga-jaga atas aksi penyadapan. Padahal ruangan tersebut sangat tersembunyi dan kedap suara.
Apakah dengan demikian kita tidak boleh memiliki Facebook atau yang sejenisnya? Boleh saja. Asal, ya itu tadi, jangan mengisikan data-data pribadi kita yang asli. Facebook atau situs jejaring sosial lainnya sangat dibutuhkan oleh tenaga-tenaga marketer, namun akan menjadi bumerang bagi para Combatant. Sebab itu, kita harus benar-benar sadar akan diri kita dan bertanya apakah kita memang sungguh-sungguh memerlukan situs jejaring sosial atau tidak. Kalau sekadar ikutan trend, janganlah. Sebab resikonya terlalu besar. Dunia yang kita tinggal dan hidup di dalamnya bukanlah dunia yang memiliki satu warna। Ada dunia lain di sekitar kita yang mungkin tidak pernah kita sadari। Meminjam istilah Bang Napi: Wasadalah! Waspadalah!
Epilog ; Bonum EstFaciendum, Malum Est Vitandum
Diktum yang diungkapnka Thomas Aquinas di atas sengaja saya kutip untuk menutup perbincangan kita tentang plus-minus dunia Facebook. "Lakukan yang baik, hindari yang buruk". Kira-kira begitulah makna yang dikandung ungkapan di atas. Ya, karena selalu ada dualitas dalam kehidupan ini, baik-buruk, siang-malam, benar-salah, maka yang paling mengerti sesungguhnya adalah diri kita sendiri. Tergantung kita, apakah setiap term fasilitas hidup ini kita fungsikan untuk sisi positif atau negatif, tentunya dengan berbagai pertimbangan akal sehat dan argumen rasional sebagaiman diuraikan di atas.
Tulisan ini tidak akan banyak "ngoceh" tentang kontroversi status keharaman Facebook atau perdebatan-perdebatan sengit lainnya. Tulisan ini hanya ingin mencoba menguraikan plus minus dunia facebook bagi eksistensi kita. Sebab, diakui atau tidak Jumlah pengguna facebook semakin menggurita. Lebih dari 225 juta orang menjadi warga setia facebook hingga Mei 2009. Pertumbuhan tersebut terutama ditopang pesatnya pengguna dari luar Amerika Serikat. Di Chili dan Turki, facebook bahkan sangat digdaya. Sebanyak 76 persen dan 66 persen pengguna internet di kedua negara adalah warga “republik” facebook. Bagaimana di negara kita? Sebanyak 17,78 persen (2,3 juta) dari total pengguna internet juga tergila-gila dengan situs ciptaan Mark Zuckerberg itu.Akselerasi jumlah pengguna yang besar tentu saja menjadi berkah buat facebook. Sejumlah analis menghitung, di atas kertas nilai facebook adalah 6-15 miliar dollar AS. Tapi di balik angka fantastis itu, facebook juga harus mengeluarkan ongkos sangat besar untuk melayani hasrat narsis jutaan orang. Setiap hari jutaan foto diunggah orang dari seluruh pelosok dunia ke jejaring sosial itu. Akibatnya, facebook juga dilaporkan “ngos-ngosan” membiayai infrastrukturnya.
Sebagaimana diungkapkan oleh www.zahidayat.com, pada 2007 facebook berutang 30 juta dollar AS untuk urusan server. Angka itu melonjak menjadi 60 juta dollar AS pada 2008. BusinessWeek melaporkan, utang facebook melesat menjadi 100 juta dollar AS untuk ekspansi servernya. Dengan dana sebesar itu, awalnya facebook menyewa ruang 10.000 kaki persegi di Santa Clara. Saat ini facebook mengoperasikan empat pusat data di AS (3 di West Coast dan 1 di East Coast) dengan lahan yang digunakan mencapai 45.000 kaki persegi.
Untuk 2009, area servernya melebar 24.000 kaki persegi dan dirumorkan akan menambah lagi 20.000 kaki persegi untuk pusat data di Ausburn, Virginia. Selain itu, facebook juga sudah mengumumkan akan mendirikan kantor pusat internasionalnya di Dublin, Irlandia, untuk menopang ekspansi di seluruh Eropa, Timur Tengah, dan Afrika.
Tidak seperti para pendahulunya, seperti friendster dan myspace, facebook tidak kunjung loyo menarik penggemar. Di negeri ini, caturwulan pertama tahun ini facebook sukses menambah anggotanya menjadi dua kali lipat. Dan tahun ini facebook diperkirakan akan melampaui angka 300 juta pengguna di seluruh dunia.
Nah, yang menarik, apakah ada titik akhir buat facebook? Meski banyak uang digelontorkan untuk membiayai infrastrukturnya, tapi facebook tidak akan lunglai karena kedodoran infrastrukturnya. Hingga saat ini masih banyak investor yang berebut ingin menggandeng facebook.
Nah, yang mungkin sedikit mengganjal, traffic facebook bakal tersendat jika banyak pihak membatasi akses ke situs “social utility” tersebut. Sejak pertengahan Mei 2009, misalnya, Universitas Indonesia tidak lagi memanjakan mahasiswanya. Koneksi ke facebook baru dibuka setelah jam 4 sore. Begitupula banyak kantor yang memblok situs ini pada jam efektif kerja.
Dunia Facebook; Antara Nilai Positif dan Negatif
Banyak orang mengaku addicted to Facebook. Tapi ternyata Facebook dapat mengundang bahaya. Sebagai “social utility”, layanan jejaring sosial yang mengumpulkan orang banyak dalam satu wadah di Internet ini, tentulah membawa manfaat. Facebook mirip dengan Friendster, namun diakui memiliki banyak kelebihan. Pengguna Facebook mulai dari abg hingga orang tua yang berumur di atas 50 tahun.
Facebook diakui berguna untuk menemukan teman-teman yang tercecer. Banyak dari para pengguna Facebook yang akhirnya berhasil menemukan teman-teman di masa lalu. Hal ini menambah nilai tambah bagi Facebook. Selain itu fungsi foto dan tagging ternyata disukai banyak orang. Kolom komentar yang disediakan serta notification yang ada membuat para facebooker mengetahui perkembangan dalam dunia per-facebook-an.
Beberapa Facebooker, sebagaimana dilansir oleh www.kabarinews.commengaku hal pertama yang mereka periksa ketika online internet adalah membuka akun Facebook. Facebook juga telah berhasil memasuki peringkat ke tiga dunia sebagai situs yang banyak dikunjungi. Bahkan Facebook berhasil menggeser senior dunia jejaring sosial, yaitu Friendster.
Tidak hanya dimanfaatkan untuk mencari teman, Facebook digunakan untuk beriklan serta berkampanye. Presiden Amerika Barrack Obama adalah Presiden pertama yang memanfaatkan Facebook untuk kampanye via internet, dan kini banyak capres-capres yang mengekor tindakan Obama tersebut.
Namun dibalik keunggulannya, ternyata Facebook memiliki efek samping, yang tentunya juga harus diperhatikan dan dipertimbangkan.
1. Terbuangnya waktu. Pengguna Facebook enggan terlepas dari komputer, laptop, handphone, dan gadget yang mampu mengakses Facebook. Banyak waktu terbuang di depan komputer. Aturlah waktu Anda. Jangan sampai sia-sia hanya di depan komputer.
2. Hati-hatilah memasang status di Facebook. Ada tragedi yang menimpa seorang istri ketika mengganti statusnya menjadi single. Sang suami yang marah tanpa berpikir panjang langsung menghabisi sang istri. Dan hal ini telah terjadi 2 kali.
3. Hati-hatilah menaruh foto di Facebook. Yang namanya dunia internet, orang bisa melakukan bermacam-macam hal. Orang bisa meng-edit foto sedemikian rupa yang berbau negati dan menyebarkannya ke forum atau milis. Hal ini bisa merusak nama yang terlibat. Belum lagi foto dapat memicu keributan.
Pasanglah foto di Facebook dengan bijak, karena tidak hanya Anda dan teman Anda saja yang bisa melihat. Semua orang di dunia bisa melihatnya, kecuali Anda men-setting foto Anda menjadi private, sehingga hanya orang-orang tertentu yang bisa melihat foto Anda.
4. Jangan menaruh sembarangan informasi pribadi. Banyak orang tidak menyadari bahaya menaruh informasi di internet. Dengan memberikan informasi tempat bekerja, nomer telepon, hingga alamat rumah, tentu dapat mengundang orang untuk berniat buruk. Bisa saja informasi tersebut dimanfaatkan untuk berbuat tidak baik. Jadi, taruhlah informasi yang umum. Jangan menaruh informasi pribadi di halaman Facebook Anda. Ingatlah bahwa tidak hanya teman Anda saja yang mengakses Facebook. Apabila Anda ingin informasi yang tertera aman dari orang-orang asing, aturlah agar hanya teman-teman Anda yang bisa mengakses Facebook Anda.
5. Diganggu orang tak dikenal. Banyak orang yang tidak berpikir panjang ketika menerima ajakan berteman dalam dunia jejaring sosial. Tanpa disadari, orang yang diterima menjadi teman bisa mengakses informasi yang tertera dalam halaman Facebook. Oleh karena itu jangan sungkan menolak ajakan teman dari orang yang tidak dikenal. Anda berhak menolak.
Walaupun hal ini terlihat sepele, namun mulai banyak kasus bermunculan karena Facebook. Bijaksanalah dalam menggunakan Facebook.
Facebook dan The Luciferian Conspiration
Setelah fatwa haram penggunaan Facebook marak diperbincangkan di berbagai media, saya mencoba googling tentang perkembangan mutakhir narsisme Facebooker, yang menurut pengamatan saya sudah booming. Maka, saya "berjumpa" dengan artikel yang sangat menarik, yakni kuatnya kemungkinan bahwa database facebook adalah alat konspirasi yang digunakan pemerintah AS untuk melandingkan maksud-tujuan dan kepentingan tertentu. Facebook mungkin saja digunakan oleh pemerintah AS untuk melakukan information collecting dari para membernya karena penggunaan Facebook di masa sekarang ini sudah jauh melebihi ekspektasi dari hanya sebatas aplikasi jejaring sosial.
Yang akan jadi masalah adalah, bisa saja seorang tokoh masyarakat, baik itu politikus ataupun pejabat pemerintahan suatu negara, menjadi incaran pemerintah AS dan tanpa sadar mereka memberikan data-data pribadinya karena ketidaktahuannya, seringkali mereka sendiri yang menyusun riwayat hidup sejak tanggal lahir hingga riwayat sekolah dan pekerjaan, bahkan salah satu aplikasi dari Facebook adalah membuat susuanan anggota keluarga dari si membernya.
Salah satu indikasi bahwa facebook digunakan oleh kepentingan tertentu tersebut adalah bahwa sampai saat ini penyedia layanan Facebook tidak menyediakan penghapusan account bagi mereka yang ingin keluar dari keanggotaan Facebook. Dari sini, muncullah kasak-kusuk agar kita merubah account yang mencantumkan identitas kita. Cara ini memang efektif untuk merubah informasi account di Facebook, walaupun sebenarnya bisa dibilang percuma, karena bisa saja sistem database di Facebook menggunakan mekanisme pencatatan history dan dibuat backupnya sehingga setiap perubahan dapat diketahui dan disimpan secara permanen.
Untuk ketajaman analisis dan rasionalisasi argumen tentang kecurigaan ada konspirasi di balik booming-nya Facebook, ada baiknya kita simak hasil wawancara dengan Pak Roby Siregar berikut ini.
Facebook sekarang telah menjadi booming. Banyak orang beranggapan jika belum ikutan Facebook maka dia belumlah trendy dan modern. Saya akan mengulas tentang Facebook dalam kacamata Konspirasi. Kita tentu masih ingat, aturan pertama dan utama di alam maya adalah JANGAN SEKALI-KALI MEMBERIKAN DATA ASLI DI ALAM MAYA. Kita boleh saja ikutan Facebook, Multiply, dan sebagainya namun jangan sekali-kali mengisi kolom-kolom isian dengan data-data pribadi kita yang benar. Sama saja jika kita melakukan register ketika memakai kartu telepon baru. Toh Facebook atau Provider telepon tidak akan tahu apakah data yang kita isikan itu benar atau tidak.
Intelijen adalah pekerjaan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya, agar bisa dipergunakan sesuai dengan kepentingan user-nya. Dan saya sangat yakin jika Facebook atau pun situs jejaring sosial lainnya seperti Friendster, Multiply, Blogspot, juga email, dan sebagainya merupakan perpanjangan tangan dari kelompok Konspirasi (The Luciferian Conspiration, kelompok yang mengendalikan AS dan juga dunia) untuk bisa menghimpun data-data warga dunia secara mudah.
Ada baiknya kita membaca buku Dan Brown “The Digital Fortress”, yang walau pun fiksi namun memuat sejumlah informasi penting yang sesungguhnya benar-benar ada. Atau buku “The Complex: Bagaimana Militer Amerika Menyerbu Kehidupan Kita Sehari-Hari” (Dr. Nick Turse, 2009). Atau tontonlah film Mel Gibson “The Conspiracy Theory” di mana aparat keamanan berhasil mengendus keberadaan orang lewat belanja dengan kartu kredit. Walau semuanya kelhatan bohongan, tapi percayalah jika semua itu benar-benar ada.
Sebab itu, para pejuang (The Combatant) atau aktivis kemanusiaan yang menyadari dirinya tengah berperang melawan The New World Order atau The Globalization, sebaiknya tidak pernah berhubungan dengan bank (tidak memiliki kartu kredit, kartu debet, atau pun rekening bank atas namanya), tidak pernah mengisi kolom data jejaring sosial di internet dengan data asli, bahkan tidak memiliki ID Card (KTP), dan menjauhi penggunaan alat-alat komunikasi yang bersifat tetap (misal nomor telepon dan sebagainya).
Hiduplah bagai siluman. Atau seperti kalimat bijak, “Jadilah orang yang ketika datang tidak diketahui dan ketika pergi tidak dicari.” Jika semua itu tidak mungkin, maka demi keselamatannya para Combatant harus berusaha agar sedikit mungkin orang mengetahui jejaknya, seperti: senantiasa mengganti nomor ponselnya dengan berganti-ganti provider—kalau bisa juga berganti ponselnya—dalam waktu yang tidak teratur (kian singkat kian baik), jika memiliki situs jejaring sosial (tentu dengan data yang bukan asli) maka mengaksesnya jangan dari satu tempat yang sama (warnet yang sama), selalu berganti alamat email (bikin email baru mudah kan), dan sebagainya.
Kawan saya pernah hadir dalam sebuah pertemuan para intel. Mereka bertemu di selatan Jakarta, dalam sebuah bangunan di bagian belakang bangunan utama dekat kolam renang. Sepanjang pertemuan, teve plasma berlayar besar yang ada di ruangan tersebut dinyalakan dengan audio yang cukup besar walau tidak ditonton, semua pancuran air kolam renang dan juga air terjun dinyalakan, semua ponsel dan pda atau pun BB dimatikan (bahkan kartu chip-nya dilepas, batere dilepas, dan diurai), dan sebagainya. Semua ini dikatakan sebagai tindakan berjaga-jaga atas aksi penyadapan. Padahal ruangan tersebut sangat tersembunyi dan kedap suara.
Apakah dengan demikian kita tidak boleh memiliki Facebook atau yang sejenisnya? Boleh saja. Asal, ya itu tadi, jangan mengisikan data-data pribadi kita yang asli. Facebook atau situs jejaring sosial lainnya sangat dibutuhkan oleh tenaga-tenaga marketer, namun akan menjadi bumerang bagi para Combatant. Sebab itu, kita harus benar-benar sadar akan diri kita dan bertanya apakah kita memang sungguh-sungguh memerlukan situs jejaring sosial atau tidak. Kalau sekadar ikutan trend, janganlah. Sebab resikonya terlalu besar. Dunia yang kita tinggal dan hidup di dalamnya bukanlah dunia yang memiliki satu warna। Ada dunia lain di sekitar kita yang mungkin tidak pernah kita sadari। Meminjam istilah Bang Napi: Wasadalah! Waspadalah!
Epilog ; Bonum EstFaciendum, Malum Est Vitandum
Diktum yang diungkapnka Thomas Aquinas di atas sengaja saya kutip untuk menutup perbincangan kita tentang plus-minus dunia Facebook. "Lakukan yang baik, hindari yang buruk". Kira-kira begitulah makna yang dikandung ungkapan di atas. Ya, karena selalu ada dualitas dalam kehidupan ini, baik-buruk, siang-malam, benar-salah, maka yang paling mengerti sesungguhnya adalah diri kita sendiri. Tergantung kita, apakah setiap term fasilitas hidup ini kita fungsikan untuk sisi positif atau negatif, tentunya dengan berbagai pertimbangan akal sehat dan argumen rasional sebagaiman diuraikan di atas.
{ 0 comments... read them below or add one }
Posting Komentar