Pages

Inilah sosok Sumardy Si Pengirim Ratusan Peti Mati




Quote:
Sumardy penulis buku Rest in Peace Advertesing (kanan) dan Silvana Martin (kiri) yang membantu Sumardy menulis buku

Quote:
CEO Buzz & Co, Sumardy, benar-benar membuat gempar masyarakat lantaran strategi pemasaran dalam peluncuran bukunya justru dibumbui dengan pengiriman sekitar 100 peti mati ke sejumlah kantor perusahaan ternama di Jakarta.

Lalu, siapakah sebenarnya Sumardy itu?

Dalam buku yang dijadwalkan akan diluncurkan pada Senin sore ini, tertulis bahwa Sumardy adalah CEO sekaligus pendiri perusahaan konsultan marketing, Buzz & Co. Kantor Buzz & Co sendiri berada di Mayapada Tower 19th, Jl Sudirman Kav 28, Jakarta.

Dalam catatan singkat biografinya, perusahaannya sebagai pioner strategi pemasaran mulut ke mulut atau "Word of Mouth and Community Marketing Agency" dan Principal dari Onbee (word of mouth marketing research agency. Strategi pemasaran ini telah disertifikasi Asosiasi Marketing Amerika Serikat.

Dia juga anggota ESOMAR, Internastional Advisory Council for The Marketing Profession at International Institute of Marketing Professional (IIMP). Dia juga anggota dari Institute of Sales and Marketing Management, United of Kingdom (UK) dan Professional Certified Marketer (Amerika Marketing Association).

Selain itu, Sumardy juga menjadi dosen di Londol School of Public Relation, Jakarta.

Sumardy menulis Buku 'Rest in Peace Advertising Killed by Word Mouth Agency' setebal 234 halaman dibantu rekannya, Marlin Silvina dan Melina Melone.

Salah satu alasan dia melakukan promosi dengan peti mati adalah sesuai dengan judul buku yang dirilisnya 'Rest ini Peace Advertising'. Cara pengiriman peti mati lebih efektif dan murah dibanding cara biasa.

Sebagai materi tulisan di bukunya, Sumardy mengambil sampel cara sukses strategi pemasaran pengusaha Bob Sadino di awal berdiri toko Kem Chick-nya.

Caranya? Bob sengaja menginginkan pelanggan tokonya tidak puas dengan barang di tokonya, yakni telur.

Bob yang memiliki peternakan ayam sengaja meletakkan sebutir telur busuk di tumpukan telur yang dipajang di tokonya. Padahal, di tempat yang sama, Bob memampang pengumuman telur yang dijualnya 100 persen 'fresh'.

Sejak awal, Bob memang sengaja mengincar seorang ibu ekspatriat yang cerewet dan yang akan membeli telur busuk itu. Setelah mangsa didapat, keesokan harinya ibu tersebut datang kembali dan marah-marah. Bob pun menepati janji jaminan tokonya dengan menukarkan sebutir telur busuk itu dengan 2 kg telur segar.

Efeknya, si ibu itu selalu menceritakan pengalamannya ini ke banyak orang dan secara tidak langsung menjadi marketing toko Kem Chick milik Bob. Dalam tempo singkat, telur yang dijual pengusaha Bob tersebut menjadi terkenal dan laku keras.

{ 0 comments... read them below or add one }

Posting Komentar