Pages

Subhanallah...Keluarga Temukan Uang Rp400 Juta di Rumah Baru dan Dikem





Keluarga Ferrin (kiri) meletakkan uang dalam karung-karung dan menyerahkan kepada Kay Bangerter dan Dennis Bangerter, anak mantan pemilik rumah terdahulu.

SALT LAKE CITY – Ketika Josh Ferrin hampir memiliki rumah pertama untuk keluarganya, ia tak pernah berpikir akan melakukan 'penemuan besar', dan lalu mengembalikan lagi pada empunya.

Ferrin mengambil kunci awal pekan ini untuk mengecek rumah di kawasan suburban Salt Lake City, di Bountiful. Ia sangat antusias dan gembira karena akhirnya memiliki tempat di yang bakal menjadi milik keluarganya sendiri.

Saat ia berjalan di garasi, selembar kain yang menutup pintu ke tangga ruang loteng menarik perhatiannya. Ia pun membuka kenop dan naik ke tangga. Di sana ia menemukan kotak logam yang mirip tempat amunisi Perang Dunia II.

"Saya terkejut dan takut melihatnya, lalu membawanya dan mengunci di dalam mobil dan memanggil istri saya untuk bercerita penemuan saya," tutur Ferrin, seorang seniman yang bekerja di Deseret Newst, di Salt Lake City.

Lalu ia menemukan lagi tujuh kotak serupa, semua dipenuhi dengan gulungan ketat uang kertas yang terjalin satu sama lain, total berjumlah lebih dari 40 ribu US dolar, (Rp400 jutaan).

Ferrin, segera membawa kotak-kotak berisi uang itu ke rumah orang tua untuk dihitung. Bersama istri dan anaknya mereka menyebar ribuan kertas nota di atas meja, memisahkan gulungan-gulungan uang itu satu persatu.

Mereka berhenti menghitung saat mencapai 40 ribu dolar. Namun mereka memperkirakan masih ada sedikitnya 5 ribu dolar lagi di atas meja.

Ferrin juga berpikir bagaimana jumlah uang sebesar itu bisa ia gunakan banyak hal, membayar tagihan, atau membeli barang-barang yang ia pikir tak pernah terjangkau olehnya.

"Saya tidak sempurna, dan saya harap saya bisa berkata tak timbul sedikit pun keraguan dalam. Kami tahu kami harus mengembalikan uang itu, tapi tak saya pungkiri bahwa saya berpikir tentang mobil kami yang butuh reparasi, mungkin untuk mengadopsi seorang anak tak mampu, atau memperbaiki rumah yang baru saja kami beli," ungkap Ferrin.

"Namun uang itu bukan milik kami dan saya yakin tak semua setiap orang diberi kesempatan untuk melakukan sesuatu yang jujur dari akar, untuk melakukan sesuatu yang luar biasa, meski bisa jadi menurut orang lain menggelikan. Ini adalah pelajaran berharga yang saya harap bisa saya ajarkan pada anak-anak saya."

Ia berpikir tentang pemilik rumah terdahulu, Arnold Bangerter, yang meninggal pada November lalu dan meninggalkan rumah itu untuk anak-anaknya sebelum Ferrin membelinya.

"Saya bisa bayangkan, ia bekerja di ruangnya. Dari waktu ke waktu ia mengikat gulungan uang 100 dolar, lalu naik ke loteng dan menyimpannya sebagai tabungan. Yang pasti ia tidak melakukan itu untuk saya," ujar Ferrin.

Arnold Bangerter membeli rumah itu pada 1966 dan tinggal bersama istrinya yang meninggal 2005 lalu.

Setelah hampir seluruh uang-uang itu dihitung, Ferrin menghubungi anak-anak Bangerter dengan kabar tersebut.

Kay Bangerter, salah satu putranya tahu bila ayahnya menyembunyikan uang sebab ia pernah sekali melihat gulungan uang kertas diselotip di bawah laci di rumah mereka. Namun ia tak pernah menyangka ayahnya menyimpan begitu banyak selama bertahun-tahun.

"Ia tumbuh besar di masa sulit dan orang-orang yang bertahan di era itu tidak memiliki apa pun ketika berhasil mengentaskan diri kecuali tabungan mereka," ujar Kay, putra tertua dari 6 bersaudara. "Ia adalah orang yang hemat, penabung, bukan pembelanja."

Bangerter menyebut pengembalian uang itu adalah sejarah yang akan abadi dalam generasi keluarganya dan mungkin juga keluarga Ferrin.

"Saya seorang ayah dan saya cemas terhadap masa depan anak saya," ujar Ferrin. "Saya dapat membayangkan ia menjaga uang-uang itu dari kehujanan dan sangat salah jika saya mengabaikan dirinya dan semua hasil jerih payahnya bertahun-tahun lalu menikmatinya begitu saja. Saya merasa seperti telah membantu menuliskan satu babak dalam kehidupan mereka, yang mungkin tak berhasil ia (Arnold) selesaikan dan ia simpulkan."



Sumber

{ 0 comments... read them below or add one }

Posting Komentar