Pages

Mitos Bentuk Payudara Hambat Pemberian ASI




Salah kaprah tentang dampak menyusui terhadap bentuk payudara masih menghantui sebagian perempuan Indonesia. Ketakutan para ibu akan perubahan bentuk payudaranya menjadi salah satu kendala dalam pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif kepada bayi. "Mitos negatif tentang dampak menyusui itu salah satu ganjalan. Padahal, itu bisa dijawab secara ilmiah dan tidak perlu ada keraguan lagi dalam memberikan ASI," kata Ketua Penggerak PKK Jawa Barat Netty Heryawan pada 'Simposium Air Susu Ibu Eksklusif' di Pusdai Kota Bandung, Rabu (20/4/2011).

Menurut Netty, sebagian bayi yang lahir di Indonesia kurang beruntung karena tidak mendapatkan ASI yang merupakan kebutuhan utama saat lahir ke dunia. Selain mitos negatif, kendala dalam pemberian ASI adalah minimnya pengetahuan masyarakat tentang ASI, kesibukan kerja dan desakan ekonomi yang memaksa seorang ibu bekerja atau bahkan menjadi TKI.

"Pemberian ASI itu bukan masalah sederhana karena itu merupakan kebutuhan utama bagi bayi yang baru dilahirkan hingga usia dua tahun. Memberikan ASI kewajiban bagi semua perempuan yang melahirkan," kata Netty.

Lebih lanjut, Netty yang juga aktivis perempuan itu menegaskan, sosialisasi perlunya penyampaian ASI bagi bayi tidak hanya ditujukan kepada perempuan, namun juga perlu dukungan dari kaum pria.

Menurut dia, peran kaum pria untuk sosialisasi ASI saat ini masih kurang dan masih dominan terhadap kaum perempuan. Padahal peran pria sangat menentukan untuk mendorong istri memberikan ASI bagi anaknya.

"Salah satunya kaum pria juga harus mematahkan mitos negatif tentang dampak menyusui yang dianggap bisa merubah bentuk payudara, bahwa itu tidak sepenuhnya benar dan kebutuhan ASI bagi bayi yang akan menjadi generasi penerus jauh lebih besar," katanya. Pemprov Jawa Barat, kata Netty, terus mendorong program pemberian ASI bagi balita dengan meningkatkan sosialisasi dan kampanye di masyarakat. Kecenderungan makin tingginya angka ibu yang tidak memberikan ASI kepada bayinya merupakan salah satu tantangan di Jabar.

Sosialisasi selain melalui dokter spesialis, bidan, Puskesmas, kelompok arisan dan kader kesehatan di RT/RW juga melibatkan majelis taklim di lingkungan masing-masing.

"Pemberian ASI terkait juga dengan kesehatan perempuan, kedekatan ikatan bathin dalam menyiapkan anaknya di kemudian hari," kata Netty yang juga istri Gubernur Jawa Barat H Ahmad Heryawan itu.

Sementara itu, Ketua Sentra Laktasi Indonesia dr Hj Utami Rusli menyebutkan pemberian ASI merupakan kewajiban bagi perempuan karena ASI mengandung zat-zat yang diperlukan untuk pertumbuhan bayi di awal kehidupannya.

"ASI tidak tergantikan oleh apapun karena itu hanya bekal yang dimiliki oleh ibu yang melahirkannya. Zat dalam ASI tak tergantikan oleh susu kaleng," kata Utami.

Untuk itu, kata Utami, penting dan wajibnya seorang ibu memberikan ASI, yang juga merupakan salah satu upaya menjaga kesehatannya.

Simposium yang digelar Forum Muslimat Peduli Jawa Barat itu diikuti sekitar 200 orang. Selain dr Utami, pembicara lainnya yang tampil adalah Ny Hj Dian Indahwati, Wakil Ketua Majelis Kesehatan dan Lingkungan Hidup Pimwil Aisyiyah Jawa Barat.

{ 0 comments... read them below or add one }

Posting Komentar